Sabtu, 26 Oktober 2013

Kelas Disegel, Siswa SD Belajar di Teras




PALU – Selama kurang lebih empat bulan siswa SDN 5 Kayumalue, Kota Palu harus belajar dengan kondisi yang memprihantinkan. Sejumlah siswa kelas 1 dan kelas 2 sekolah tersebut, terpaksa belajar di teras sekolah, akibat ruang kelas disegel salah seorang warga yang mengklaim diri sebagai ahli waris lahan di dua kelas itu.
 Seperti yang terlihat Kamis kemarin (24/10), sejumlah siswa harus rela belajar di lantai teras sekolah beralaskan kertas koran. Sementara pintu ruangan kelas 1, kelas 2 dan ruang guru dipalang sejumlah kayu oleh ahli waris tanah. Proses belajar mengajar di sekolah tersebut pun tidak berjalan dengan baik.
“Kita sangat tidak nyaman di sini. Terganggu sekali, karena tidak konsentrasi,” ujar Dea, siswa kelas 2.
Meja serta kursi yang ada juga tidak bisa digunakan, karena berada di dalam kelas, begitupun dengan papan tulis yang dipakai guru mengajar. Para guru pun takut untuk mengeluarkan meja dan kursi serta sejumlah barang dari dalam kelas karena sudah disegel. Untuk menyiasati papan tulis yang tidak ada, para guru terpaksa memanfaatkan jendela kelas yang digunakan sebagai media menuliskan pelajaran bagi siswa.
 Wali kelas II, Eva mengaku selama hampir empat bulan kondisi seperti ini dialami siswanya. Suasana bising kendaraan karena berdekatan langsung dengan jalan raya, membuat para siswa sulit untuk berkonsentrasi menerima pelajaran. “Pelajaran hari ini yang kita berikan, besok sudah mereka (siswa) lupa,” tuturnya.
Total ada sekitar 30 murid yang belajar di teras sekolah. Masing-masing 16 orang siswa kelas 2 dan 14 orang siswa kelas 1. Pihak sekolah juga pernah menyiasati keadaan itu untuk menggabungkan para siswa di ruang perpustakaan. Namun hal itu tidak bertahan lama, karena ruangan terasa sempit dan digunakan siswa dari dua kelas.
“Kita dari pihak sekolah melalui kepala sekolah sudah memberitahu ke dinas kota. Sudah ada orang dari pemerintah yang datang lihat kondisi ini. Tapi belum ada tindak lanjutnya,” jelas Eva yang juga mengatakan siswanya sempat merasakan belajar di dalam kelas namun hanya selama dua minggu kemudian disegel kembali.

Terpisah, Harson, warga yang mengklaim sebagian bangunan sekolah berdiri di atas lahan warisan orang tuanya, mengatakan, ada sekitar 413 meter persegi lahan miliknya. Sebagian itu digunakan untuk bangunan SDN 5 Kayumalue. Penyegelan ruang kelas yang berdiri di lahan miliknya itu, dilakukan karena merasa tidak ada penyelesaian sengketa lahan dari Pemkot Palu selama hampir satu tahun.
“Saya terpaksa menyegel kelas itu sebagai bentuk protes. Sebab sebagian lahan yang berdampingan dengan sekolah itu ternyata telah dijual dengan orang lain tanpa persetujuan ahli waris. Padahal orang tua kami meminjamkan lahan untuk balai desa bukan untuk dijual kembali ke orang lain,” terang Harson.
Pihak ahli waris, lanjut dia, hanya menginginkan separuh tanah yang ada di samping ruang kelas yang masih satu kampling dengan tanah sekolah untuk dikembalikan. Sebelum itu bisa direalisasikan oleh Pemkot, maka segel akan tetap terpasang. Beberapa waktu lalu diakui Harson, segel sempat dibuka selama dua minggu. Tapi tidak ada kejelasan dan hanya mendapat janji-janji dari pihak Pemkot Palu, maka dia kembali menyegel dua ruang kelas dan satu ruang guru di sekolah tersebut.
 “Kita sebenarnya tidak ingin anak-anak belajar di luar seperti itu. Tapi kami selaku ahli waris hanya menginginkan keadilan. Kita tidak permasalahkan jika tanah untuk sekolah, tapi tanah yang di sampingnya hanya untuk kepentingan pribadi,” ungkapnya.
Dia menceritakan, pada 1950 an, orang tua ahli waris memang menyerahkan lahan seluas 413 meter kepada pemerintah untuk balai desa. Namun tanpa hitam di atas putih. Seiring waktu tanah tersebut, setengahnya dibangun gedung sekolah. Sementara balai desa sudah dibongkar, dan diketahui pihak keluarga telah dijual untuk kepentingan pribadi. “Ini lah yang saat ini kita ingi tuntut. Pemerintah kota juga harus bertanggung jawab,”  tandasnya.(agg)


Senin, 21 Oktober 2013

ACARA PEMBUKAAN FESTIVAL TELUK PALU 2013



            Acara pembukaan festival teluk palu dilakukan oleh bapak walikota Rusdi mastura, disambut dengan pagelaran musik tradisional kota palu  yang berlangsung di seputaran pantai talise.


            Dalam rangka hari ulang tahun kota palu, panitia festival teluk palu mengadakan expo secara rutin setiap pada tanggal 27 september, dan beusaha menampilkan pagelaran seni bagi masyarakat kota palu. 

Acara ini dibuka oleh walikota palu Rusdi mastura di seputaran pantai kelurahan talise. Festival ini juga banyak dihadiri staf pemerintah daerah kota Palu. Dan acara Festival teluk Palu ini setiap tahunnya diadakan agar menjaga kebudayaan khas Palu. Pentas acara ini, banyak ditampilkannya kesenian seperti  musik drum band, tarian khas palu, hias menghias kendaraan tradisional (dokar), pemilihan randa kabilasa dsb.
            Rusdy Mastura berharap Festival Teluk Palu bisa meningkatkan jumlah wisatawan di Ibu Kota Sulawesi Tengah ini. Kegiatan itu diharapkan juga bisa melestarikan tradisi lokal masyarakat yang berada di sekitar Teluk Palu. (Berita dan foto didokumentasikan oleh:  suandi)



.


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes